Sunday, November 4, 2007

Tugas Evaluasi

Tugas: Syarat - syarat Evaluator dan Perbedaan Evaluator Internal dan Eksternal

  1. Mampu melaksanakan, persyaratan pertaman yang harus dipenuhi oleh evaluator adalah bahwa mereka harus memiliki kemampuan untuk melaksanakan evaluasi yang didukung oleh teori dan keterampilan praktik.
  2. Cermat, dapat melihat celah-celah dan detail dari program serta bagian program yang akan dievaluasi.
  3. Objektif, tidak mudah dipengaruhi oleh keinginan pribadi agar dapat mengumpulkan data sesuai dengan keadaannya.
  4. Sabar dan Tekun, agar di dalam melaksanakan tugas dimulai dari membuat rancangan kegiatan dalam bentuk menyusun proposal, menyusun instrumen mengumpulkan data dan menyusun laporan, tidak gegabah dan tergesa-gesa.
  5. Hati-hati dan Bertanggung jawab, yaitu melaksanakan pekerjaan evaluasi dengan penuh pertimbangan, namun apabila masih ada kekeliruan yang diperbuat, berani menanggung resiko atas segala kesalahannya.
Evaluator Dalam (Internal Evaluator)
adalah petugas evaluasi program yang sekaligus merupakan salah seorang dari petugas atau anggota pelaksana program yang dievaluasi. Adapun kelebihan dan kekurangan dari evaluator Dalam yaitu:
Kelebihan:
  1. evaluator memahami betul program yang akan dievaluasi sehingga kekhawatiran untuk tidak atau kurang tepatnya sasaran tidak perlu ada. Dengan kata lain, evaluasi tepat pada sasaran.
  2. Karena evaluator adalah orang dalam, pengambilan keputusan tidak perlu banyak mengeluarkan dana untuk membayar petugas evaluasi.
Kekurangan:
  1. Adanya unsur subjektivitas dari evaluator, sehingga berusaha menyampaikan aspek positif dari program yang dievaluasi dan menginginkan agar kebijakan tersebut dapat diimplementasikan dengan baik pula. Dengan kata lain, evaluator internal dapat dikhawatirkan akan bertindak subjektif.
  2. Karena sudah memahami seluk-beluk program jika evaluator yang ditunjuk kurang sabar, kegiatan evaluasi akan dilaksanakan dengan tergesa-gesa sehingga kurang cermat.
Evaluator Luar (Eksternal Evaluator)
adalah orang-orang yagn tidak terkait dengan kebijakan dan implementasi program. mereka berada di luar dan diminta oleh pengambil keputusan untuk mengevaluasi keberhasilan program atau keterlaksanaan kebijakan yang sudah diputuskan. Melihat bahwa status mereka berada di luar program dan dapat bertindak bebas sesuai dengan keinginan mereka sendiri maka tim evaluator Luar ini biasa dikenal dengan nama tim bebas atau independent team.

kelebihan:

  1. Karena tidak berkepentingan atas keberhasilan program, maka evaluator luar dapat bertindak secara objetif selama melaksanakan evaluasi dan mengambil keputusan. Adapun hasil evaluasi tidak akan ada respons emosional dari evaluator karena tidak ada keinginan untuk memperlihatkan bahwa program tersebut berhasil. Kesimpulan yang dibuat akan llebih sesuai dengan keadaan dan kenyataan
  2. Seorang ahli yang dibayar, biasanya akan mempertahankan kredibilitas kemampuannya. Dengan begitu evaluator akan bekerja secara serius dan hati-hati.
Kekurangan:
  1. Evaluator Luar adalah orang baru, yang sebelumnya tidak mengenal kebijakan tentang program yang akan dievaluasi. Mereka berusaha mengenal dan mempelajari seluk-beluk program tersebut setelah mendapat permintaan untuk evaluasi.
  2. Pemborosan, pengambil keputusan harus mengeluarkan dana yang cukup banyak untuk membayar evaluator bebas.
Perbedaan menonjol antara evaluator luar dengan evaluator dalam adalah adanya satu langkah penting sebelum mereka mulai melaksanakan tugas. Oleh karena evaluator luar adalah pihak asing yang tidak tahu dan tidak berkepentingan dengan program yang diasumsikan belum memahami seluk-beluk program maka terlebih dahulu tim tersebut perlu mempelajari program yang akan dievaluasi .

Monday, October 22, 2007

Resensi Evaluasi Program Pendidikan

Judul Buku : Pengantar Evaluasi Pendidikan
Pengarang : Prof.Drs.Anas Sudijono
Penerbit : PT. Raja Grafindo Persada
Tebal Buku : 470 halaman

A. Kelemahan Buku
  1. Bahasa yang digunakan monoton.
  2. Buku terlalu tebal sehingga membacanya sedikit membosankan.
  3. Tidak disertai gambar ilustrasi yang dapat menarik minat untuk membaca.
B. Kelebihan Buku
  1. Isinya sangat lengkap karena disertai dengan contoh.
  2. penjelasan sangat mendetail
  3. contoh-contoh yang diberikan sangat jelas.
C. Isi Buku
Berbicara tentang pengertian istilah evaluasi pendidikan, di tanah air kita, Lembaga Administrasi Negaramengemukakan batasan mengenai evaluasi pendidikan sebagai berikut:
  1. Evaluasi pendidikan adalah proses atau kegiatan untuk menentukan kemajuan pendidikan dibandingkan dengan tujuan yang telah ditentukan.
  2. usaha untuk meperoleh informasi berupa umpan balik bagi penyempurnaan pendidikan.
Bagi pendidik, secara didaktik evaluasi pendidikan memiliki lima fungsi:
  1. Memberikan landasan untuk menilai hasil usaha yang telah dicapaioleh peserta didiknya.
  2. memberikan informasi yang sangat berguna untuk mengetahui posisi masing-masing peserta didik ditengah kelompoknya.
  3. Memberikan bahan penting untuk memilih dan kemudian menetapkan status peserta didik.
  4. memberikan pedoman untuk mencari dan menemukan jalan keluar bagi peserta didik yang memang memerlukan.
  5. Memberikan petunjuk tentang sudah sejauh mana program pengajaran yang telah ditentukan telah dapatdicapai.
Di tilik dari segi input ini, maka obyek dari evaluasi pendidikan meliputi 3 aspek yaituaspek kemampuan, kepribadian dan sikap. Sedangkan prinsip-prinsip dasarevaluasi hasil belajar yaitu prinsip keseluruhan, kesinambungan dan obyektivitas.
Ada dua tehnik yang dapat digunakan untuk melakukan evaluasi hasil belajar yaitu, tehnik tes dan non tes.
Tehnik tes berfungsi sebagai alat pengukur terhadap peserta didik dan sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran.
Ciri-ciri tes hasil belajar yang baik adalah:
  1. Tes hasil belajar tersebut bersifat valid.
  2. Tes hasil belajar tersebut memiliki reliabilitas atau bersifat reliabel.
  3. Tes hasil belajar bersifat obyektif.
  4. Tes hasil belajar bersifat praktis dan ekonomis.
Penganalisisan terhadap tes hasil belajar sebagai suatu totalitas dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, penganalisisan yang dilakukan dengan jalan berfikir secara raisonal atau menggunakan logika. Kedua, penganalisisan yang dilakukan dengan mendasarkan diri pada kenyataan empiris.

Monday, October 1, 2007

Jenis-Jenis Validitas

Validitas

Validitas atau kesahihan menunjukan pada kemampuan suatu instrumen (alat pengukur) mengukur apa yang harus diukur (…. a valid measure if it succesfully measure the phenomenon), seseorang yang ingin mengukur tinggi harus memakai meteran, mengukur berat dengan timbangan, meteran, timbangan merupakan alat ukur yang valid dalah kasus tersebut. Dalam suatu penelitian yang melibatkan variabel/konsep yang tidak bisa diukur secara langsung, maslah validitas menjadi tidak sederhana, di dalamnya juga menyangkut penjabaran konsep dari tingkat teoritis sampai tingkat empiris (indikator), namun bagaimanapun tidak sederhananya suatu instrumen penelitian harus valid agar hasilnya dapat dipercaya.

Mengingat pentingnya masalah validitas. Maka tidak mengherankan apabila Para Pakar telah banyak berupaya untuk mengkaji masalah validitas serta membagi validitas ke dalam beberapa jenis, terdapat perbedaan pengelompokan jenis-jenis validitas, Elazar Pedhazur menyatakan bahwa validitas yang umum dipakai tripartite classification yakni Content, Criterion dan Construct, sementara Kenneth Bailey mengelompokan tiga jenis utama validitas yaitu : Face validity, Criterion Validity, dan construct validity, dengan catatan face validity cenderung dianggap sama dengan content validity. Berikut ini akan dikemukakan beberapa jenis validitas yaitu :

Validitas Rupa (Face validity). Adalah validitas yang menunjukan apakah alat pengukur/instrumen penelitian dari segi rupanya nampak mengukur apa yang ingin diukur, validitas ini lebih mengacu pada bentuk dan penampilan instrumen. Menurut Djamaludin Ancok validitas rupa amat penting dalam pengukuran kemampuan individu seperti pengukuran kejujuran, kecerdasan, bakat dan keterampilan.

Validitas isi (Content Validity). Valditas isi berkaitan dengan kemampuan suatu instrumen mengukur isi (konsep) yang harus diukur. Ini berarti bahwa suatu alat ukur mampu mengungkap isi suatu konsep atau variabel yang hendak diukur. Misalnya test bidang studi IPS, harus mampu mengungkap isi bidang studi tersebut, pengukuran motivasi harus mampu mengukur seluruh aspek yang berkaitan dengan konsep motivasi, dan demikian juga untuk hal-hal lainnya. Menurut Kenneth Hopkin penentuan validitas isi terutama berkaitan dengan proses analisis logis, dengan dasar ini Dia berpendapat bahwa validitas isi berbeda dengan validitas rupa yang kurang menggunakan analisis logis yang sistematis, lebih lanjut dia menyatakan bahwa sebuah instrumen yang punya validitas isi biasanya juga mempunyai validitas rupa, sedang keadaan sebaliknya belum tentu benar.

Validitas kriteria (Criterion validity). Adalah validasi suatu instrumen dengan membandingkannya dengan instrumen-pengukuran lainnya yang sudah valid dan reliabel dengan cara mengkorelasikannya, bila korelasinya signifikan maka instrumen tersebut mempunyai validitas kriteria. Terdapat dua bentuk Validitas kriteria yaitu : Validitas konkuren (Concurrent validity), Validitas ramalan (Predictive validity). Validitas konkuren adalah kemampuan suatu instrumen pengukuran untuk mengukur gejala tertentu pada saat sekarang kemudian dibandingkan dengan instrumen pengukuran lain untuk konstruk yang sama. Validitas ramalan adalah kemampuan suatu instrumen pengukuran memprediksi secara tepat dengan apa yang akan terjadi di masa datang. Contohnya apakah test masuk sekolah mempunyai validitas ramalan atau tidak ditentukan oleh kenyataan apakah terdapat korelasi yang signifikan antara hasil test masuk dengan prestasi belajar sesudah menjadi siswa, bila ada, berarti test tersebut mempunyai validitas ramalan.

Validitas konstruk (Construct Validity). Konstruk adalah kerangka dari suatu konsep, validitas konstruk adalah validitas yang berkaitan dengan kesanggupan suatu alat ukur dalam mengukur pengertian suatu konsep yang diukurnya. Menurut Jack R. Fraenkel validasi konstruk (penentuan validitas konstruk) merupakan yang terluas cakupannya dibanding dengan validasi lainnya, karena melibatkan banyak prosedur termasuk validasi isi dan validasi kriteria.

Lebih jauh Jack R. FraenkelI meneyatakan bahwa untuk mendapatkan validitas konstruk ada tiga langkah di dalamnya yaitu :

1. Variabel yang akan diukur harus didefinisikan dengan jelas

2. Hipotesis, yang mengacu pada teori yang mendasari variabel penelitian harus dapat membedakan orang dengan tingkat gradasi yang berbeda pada situasi tertentu

3. Hipotesis tersebut diuji secara logis dan empiris.

Dalam upaya memperoleh validitas konstruk, maka seorang peneliti perlu mencari apa saja yang menjadi suatu kerangka konsep agar dapat menyusun tolok ukur operasional konsep tersebut. Pencarian kerangka konsep menurut Djamaludin Ancok dapat ditempuh beberapa cara :

1. Mencari definisi-definisi konsep yang dikemukakan oleh para akhli yang tertulis dalam buku-buku literatur.

2. Mendefinisikan sendiri konsep yang akan diukur, jika tidak diperoleh dalam buku-buku literatur

3. Menanyakan definisi konsep yang akan diukur kepada calon responden atau orang-orang yang memiliki karakteristik yang sama dengan responden.

Mengingat pentingnya pendefinisian suatu konsep yang ingin diukur, maka seorang peneliti perlu mencermatinya, sebab definisi suatu konsep perlu dikembangkan dari mulai definisi teoritis, definisi empiris, sampai definisi operasional (dapat dipadankan dengan konsep teori, konsep empiris, konsep analitis/operasional, atau dengan konsep, dimensi, dan indikator) pemahaman definisi tersebut dapat dijadikan awal yang strategis untuk penjabaran konsep sampai diperoleh indikator, untuk kemudian disusun item-item yang diperlukan untuk sebuah instrumen penelitian.

Sementara itu Elazar J. Pedhazur mengemukakan tiga pendekatan dalam Validasi konstruk yaitu : 1). Logical analysis; 2). Internal structure analysis; 3). Cross-structure analysis. Analisis logis dalam konteks validasi konstruk dimaksudkan untuk membentuk hipotesis pembanding sebagai alternatif penjelasan berkaitan dengan konstruk/konsep yang akan diukur, hubungan antar konsep dan yang sejenisnya. Dalam pendekatan ini langkah yang diperlukan adalah pendefinisian konstruk/konsep, penentuan kesesuaian isi item dengan indikator, serta penentuan prosedur pengukuran.

Analisis struktur internal merupakan pendekatan kedua dalam validasi konstruk, analisis ini berkaitan dengan validitas indikator dari suatu konsep/konstruk, artinya indikator-indikator yang digunakan bersifat homogin (dalam tingkatan minimum) serta mengukur konsep yang sama (terdapatnya kesesuaian antara indikator-indikator dengan konsepnya).Sementara itu analisis struktur silang berkaitan dengan pengkajian analisis internal dari masing-masing konsep terhubung (yang unobservable) yang dihubungkan pada tataran empiris.

Tuesday, September 25, 2007

Format Raport KTSP

Nama Siswa : NILAM NURBAITI NUFUS Kelas : Dua

Nomor Induk : 05.06.01.102 Semester : Genap

Nama Madrasah : MI HIDAYATUL ATHFAL Tahun Pelajaran : 2006/2007

Alamat Madrasah : Jl. Kalisuren RT.01/03

No.

Mata Pelajaran

Nilai

Prestasi Hasil Belajar

Rata-rata Kelas

1

Pendidikan Agama Islam

a. Al-Qur’an dan Hadits

Penguasaan Ilmu/Pengetahuan

9,00

6,72

Penerapan/Pengamalan

9,00

7,00

Sikap Beragama

8,00

6,42

b. Akidah dan Akhlak

Penguasaan Ilmu/Pengetahuan

7,00

6,38

Penerapan/Pengamalan

8,00

6,60

Sikap Beragama

8,00

6,67

c. Fiqih

Penguasaan Ilmu/Pengetahuan

8,00

6,45

Penerapan/Pengamalan

8,00

6,60

Sikap Beragama

7,00

6,63

d. Sejarah Kebudayaan Islam

Penguasaan Ilmu/Pengetahuan

-

Sikap Beragama

-

2

Pendidikan Kewarganegaraan dan Pengetahuan Sosial

Penguasaan Ilmu/Pengetahuan

8,10

6,58

Keterampilan Sosial

7,00

6,71

Sikap Sosial

-

3

Bahasa

a. Bahasa Indonesia

Membaca

8,00

7,50

Menulis

9,10

6,91

Berbicara

7,50

6,61

Mendengarkan

7,40

6,15

b. Bahasa Arab

Membaca

Menulis

Berbicara

Mendengarkan

4

Matematika

Berhitung/Bilangan

8,00

7,00

Geometrid an Pengukuran

Pengelolaan Data

5

Pengetahuan Alam

Penguasaan Ilmu/Pengetahuan

Keterampilan Pengetahuan Alam

7,00

6,45

Sikap Ilmiah

7,50

6,66

6

Kerajinan Tangan dan Kesenian

Seni Rupa

7,00

7,20

Seni Musik

Seni Tari

Kerajinan

7

Pendidikan Jasmani

Permainan dan Olahraga

8,00

6,95

Pengembangan Diri

Senam

Pilihan ………………….

8

Muatan Lokal

a. B. Sunda

b. B. Inggris

c. ……………………..

6,00

6,50

6,00

6,55

Jumlah Nilai Prestasi Hasil Belajar : 185,0 (Seratus Delapan Puluh Lima Koma Nol-Nol

Kegiatan Ekstrakurikuler

Nilai

1. ……………………………………………………………………………………………..

2. ……………………………………………………………………………………………..

3. ……………………………………………………………………………………………..

Mengetahui Mengetahui

Orang Tua / Wali Kepala Madrasah

AHMAD ZULFAHKAR CECEP MULYADI

Tuesday, September 18, 2007

Evaluasi Berdasarkan Konsep Islam

1. Adil
Dalam melakukan evaluasi, konsep keadilan harus tetap dipegang teguh oleh para tester atau evaluator. Dalam evaluasi, tester tidak boleh membedakan warna kulit, suku bangsa dan jenis kelamin. jika para tester tidak berbuat adil dalam evaluasi maka hasil evaluasi pun tidak akan valid. Hal ini sesuai dengan firman Allah yang artinya:
"Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran." (QS. An-Nahl: 90)

2. Jujur
Kejujuran merupakan sesuatu hal yang tidak bisa ditinggalkan dalam kegiatan apapun. Dalam proses evaluasi pun kejujuran harus tetap dilakukan. Karena jika tester tidak jujur, maka hasil evaluasinya tidak akan baik dan akan membohongi orang banyak.
Hal ini sesuai dengan Firman Allah :
"Sesungguhnya yang mengadakan kebohongan hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka itulah orang-orang pendusta." (QS. An-Nahl:105)

3. Tanggungjawab
Kita tahu bahwa setiap perbuatan yang kita lakukan harus bisa dipertanggungjawabkan. sekecil apapun perbuatan itu! Apalagi dalam melakukan evaluasi yang menyangkut orang banyak. sebagaimana Firman Allah :
"Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarahpun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya. Dan barangsiapa yang berbuat kejahatan sebesar zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula." (QS. Al-Zalzalah: 7-8)

4. Tidak Berbuat Zalim
Kezaliman sangat tidak disukai oleh Allah. Dalam proses evaluasi pun para evaluator tidak boleh berbuat zallim karena hal ini dapat merugikan orang lain. kita harus profesional dalam menilai seseorang sesuai dengan kemampuannya, tanpa membedakan apakah dia teman, saudara atau siapapun.
Hal ini sesuai dengan Firman Allah :
" Dan mereka menyembah selain Allah apa yang Allah tidak menurunkan keterangan tentang itu, dan apa yang mereka sendiri tiada mempunyai pengetahuan terhadapnya. dan bagi orang-orang yang zalim sekali-sekali tidak ada seorang penolong pun." (QS. Al-Hajj:71)


Monday, September 10, 2007

Tugas Pertama Evaluasi Prog. Pendidikan

nama : siti Mulyani
Nim : 104018200639
Kelas : 7a Ki-MP